Metropolis On Air!

Radio RAKA FM (Bandung, 98.8 MHz)
Jum'at, 1 Mei 2009
pkl 17.00

Radio VHR (online, vhrmedia.com)
Senin, 4 Mei 2009
pkl. 13.00 - 14.00
bersama Lita dan Jimmy

PRO 2 FM (Jakarta, 105 MHz)
Minggu, 10 Mei 2009
pkl 16.45

SKY Radio (Bandung, 90.5 MHz)
Selasa, 12 Mei 2009
pkl 19.00 - 21.00

DFM Radio (Jakarta, 103.4 MHz)
Minggu, 24 Mei 2009
pkl 15.00 - 16.00
bersama Ari Wijaya

Lomba Ulas Buku Metropolis

Suka mengkritik buku yang kamu baca? Ayo tuangkan penilaianmu terhadap novel terbaru Windry Ramadhina, Metropolis, dalam bentuk resensi! Bekerja sama dengan Grasindo, Perkosakata 2009 mengadakan lomba ulas buku. Kesempatan ini terbuka luas dan dapat diikuti oleh siapa saja.

Ketentuan Umum:
1.Resensi harus karya asli, bukan bukan saduran atau jiplakan.
2.Resensi ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
3.Panjang resensi minimal 500 kata.
4.Resensi mencantumkan keterangan umum maupun khusus tentang buku bersangkutan yang kamu ketahui dari sumber mana pun (yang wajib disebutkan demi kredibilitas) dan kamu anggap penting.
Di samping itu kamu diharapkan mampu mengungkapkan pemahaman pribadi kamu, apa yang kamu dapatkan dari hasil membaca, yang dianggap tepat untuk mendeskripsikan inti buku tersebut.
Kamu boleh berkomentar mengenai nilai-nilai positif dan negatif yang dimiliki buku tersebut sebagai sebuah karya tulis berdasarkan standar pribadi yang tidak bertentangan dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik.

Ketentuan Khusus:
1Kamu harus punya blog.
2.Resensi harus memuat gambar sampul buku dan banner Perkosakata 2009 yang dapat kamu peroleh dari blog Perkosakata 2009.
3.Resensi diunggah di blog, lalu ditautkan dengan blog Perkosakata 2009.
4.Begitu resensi dipublikasikan, kamu harus mendaftarkan diri dengan cara mengirim e-mail ke Perkosakata (perkosakata@gmail.com) dengan judul “Lomba Ulas Buku” dengan format sebagai berikut:
•Nama lengkap:
•Alamat surat menyurat:
•Nomor telepon:
•URL resensi di blog kamu:
•Resensi dilampirkan dalam bentuk data Microsoft Word.
5.Batas akhir pengunggahan adalah 31 Mei 2009 pukul 23:59 WIB.

Hadiah:
Resensi terbaik akan mendapatkan hadiah paket buku dari Grasindo serta souvenir Kemudian.com

Juri:
Mira Rainayati (Grasindo)

Lain-lain:
1.Resensi-resensi Unggulan akan diumumkan melalui blog Perkosakata 2009, kemudian.com, dan e-mail pada 3 Juni 2009.
2.Resensi terbaik akan diumumkan dalam acara Bedah Buku Perkosakata 2009 yang diselenggarakan pada 7 Juni 2009 di Jakarta.
3.Hasil penjurian tidak dapat diganggu gugat.
4.Lomba ini tertutup bagi panitia Perkosakata 2009.

Read More...

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Andya Primanda dan Andita Primanti, pasangan kakak-adik favorit saya.

Kepada keluarga tercinta saya –Mama yang memperkenalkan Hercule Poirot dan STOP; Papa yang tidak pernah bosan menanyakan perkembangan buku ini; si Gendut, suami saya yang rela bermadu Johan dan Bram; Sasha, kucing saya.

Kepada komunitas penulis Kemudian –Oktiva Pajarini dan Rizki, pendirinya; Adrian Achyar, Ayu Prameswary, Winna Efendi, Anne, Mirna Adzania, dan Sefryana Khairil yang selalu menyemangati dan memberi banyak masukan; Bayu ‘Agusta’ Lukman, Meier ‘Johan’, dan Purbasari ‘Bluer’ Daruningsih yang bersedia meminjamkan nama mereka.

Kepada komite sastra DKJ periode 2006-2009 –Zen Hae, Ayu Utami, dan Nukila Amal– yang memberi saya jatah satu kursi dalam Bengkel Penulisan Novel DKJ 2008. Kepada Yusi Avianto Pareanom dan AS Laksana, atas dua belas Sabtu sore penuh kebohongan di MP Books Point. Kepada Regina Kalosa, Wa Ode Wulan Ratna, Aldi Aditya, dan Aryo Wasisto, para montir.

Kepada Maghrizal Roychan, Siska ‘Blonde’ Damayanti, dan Edfina dari FK Unair yang memilihkan Chronic Myelogenous Leukimia untuk Johan.

Kepada Zahrotun Nidha yang membantu saya menyelinap ke Kompleks Ambon dan keluar dari tempat itu hidup-hidup.

Kepada Kinu Triatmojo yang memperkenalkan Black Dahlia dan rela menemani saya berpanas-panasan di Rawasari.

Kepada Edo Wallad yang memperdengarkan musik-musik milik Nouvelle Vague.

Kepada Tita Tartiana yang memiliki rumah idaman di Pakubuwono.

Kepada Anjar Titisari, yang manis dan baik hati, atas obrolan tentang Benjamin pada satu malam lewat jendela maya Yahoo! Messengger.

Kepada Perpumda DKI Jakarta yang tidak pernah berhenti membuat saya takjub akan betapa lengkapnya koleksi buku mereka –forensik, kepolisian, kriminologi, narkotika.

Dan, tentu saja, terima kasih kepada Grasindo yang memberikan saya kesempatan untuk menerbitkan buku ini, terutama Mira Rainayati.

Read More...

"Demi ayahku yang sudah mati...."


Metropolis bukan karya yang bisa ditulis begitu saja ketika seorang penulis pemula seperti saya menemukan ide cerita tentang perang antargeng pengedar narkotika. Dibutuhkan sedikit kerja keras untuk mewujudkan ide tersebut menjadi sebuah novel yang baik. Diperlukan usaha lebih untuk mengumpulkan materi-materi seputar bisnis gelap, organisasi kejahatan, kepolisian, forensik, dan banyak lagi lainnya, termasuk Chronic Myelogenous Leukimia. Dan dipentingkan ketelitian saat menyusun plot yang mengandung konflik berlapis serta menampilkan banyak karakter yang terhubung satu sama lain dalam jejaring yang rumit. Jadi, untuk diketahui oleh kalangan terbatas saja, saya senang menghasilkan novel ini.

Pada awalnya novel ini tertuang tanpa embel-embel ambisi. Ketika menuliskan bab pertama, dan mempublikasikannya di situs kemudian.com, saya tidak punya tujuan selain ingin memuaskan diri sendiri dengan sebuah kisah anti protagonis -yang nota bene jarang saya temui di luaran. Bahkan saya tidak pernah menampilkan lebih banyak dari lima bab di situs tersebut. Tepat ketika bab keenam hendak ditulis, saya mengalami krisis kepenulisan -yang datang terlalu dini- dan memutuskan untuk rehat.

Setelah rehat selama dua bulan, bukannya meneruskan novel ini, saya malah sibuk menulis sekitar tiga puluh cerpen dalam dua bulan berikutnya -dalam rangka berguru kepada salah seorang cerpenis Yogya. Yang kemudian menyebabkan saya kembali menulis Metropolis adalah pekerjaan rumah dari sepasang penipu Yusi Avianto Pareanom dan AS Laksana, guru saya di Bengkel Penulisan Novel DKJ. Sebagai balasan mendapat pelajaran gratis, saya dan tiga belas murid yang lain wajib menghasilkan sebuah novel dan mengikuti Sayembara DKJ 2008. Pada akhirnya hanya dua dari empat belas yang memenuhi itu dan saya salah satunya. Penerbitan Orange dan kesinambungan kegiatan kepenulisan merupakan alasan kedua.

Bercerita tentang apakah Metropolis? Singkat saja: narkotika, mafia, konspirasi, dan dendam. Keempat hal tersebut melibatkan empat orang dengan masa lalu yang kelam; Bram, polisi muda yang cerdas, anak seorang pecandu yang mati dibunuh pengedar; Miaa, perempuan misterius asal Yogya yang tidak pernah memiliki ayah; Johan, laki-laki yang lahir dan besar di kalangan mafia dan memiliki banyak piutang nyawa; serta Indira, perempuan berhati bersih, orang yang salah di tempat yang salah.

Keempat orang itu tidak putih, bukan pula hitam sepenuhnya. Mereka abu-abu, manusia biasa yang memiliki ambisi, memendam niat buruk, melakukan kesalahan, menyimpan rahasia, serta merasakan benci dan cinta. Dalam Metropolis, saya bisa menjamin, tidak ada pahlawan versus penjahat. Tidak ada baik melawan buruk. Tidak ada keabsolutan. Semua retak. Semua berada di wilayah antara. Semua layak dikecam sekaligus diberi simpati.

Berikut saya tampilkan daftar bab dalam Metropolis.

Kematian Leo Saada
Bram
12
Empat Orang yang Tersisa
Petunjuk
Miaa
Sebuah Nama
Perempuan yang Mengetahui Sesuatu
Johan
Juli 1991
Seorang Saada
Melarikan Diri
Sekutu
Celah
Indira
Satu Langkah Lebih Dekat
Menyapa Lawan
Laki-laki Tanpa Nama
Orang yang Menarik Pelatuk (I)
Orang yang Menarik Pelatuk (II)
Herring Merah
frank_sinatra13
Kartu-kartu di Bawah Meja
0-0
Sebagian Petunjuk Datang Terlambat
Sebagian Lainnya Tidak Muncul Sama Sekali

Perlu saya beritahukan juga bahwa Metropolis adalah karya yang jauh berbeda dengan novel saya sebelumnya, Orange. Walau mengandung sedikit roman, tentu saja novel ini pada dasarnya adalah sebuah drama kriminologi. Tidak ada taburan bunga merah muda di dalamnya. Yang akan pembaca temukan adalah logam dan karat.

Akhir kata, saya ucapkan selamat membaca!

Read More...

Sinopsis


Gilli tertawa. “Keras kepala boleh, Kawan. Semua Saada memang begitu. Aku maklum. Tapi, jangan lalu kau jadi bodoh! Sudah delapan pemimpin mati. Kau kira ini perseteruan biasa?”

Perkataan Gilli membuat Ferry berpikir ulang. Sejak lama ia memang merasa janggal dengan kematian beruntun para pemimpin Sindikat 12, tetapi ia seakan dibutakan oleh kebenciannya terhadap Geng Gilli sehingga mengabaikan kecurigaannya itu.

“Hubungi Blur. Minta dia kumpulkan Sindikat 12,” kata Gilli lagi.

Read More...

(Karakter) Bram

Agusta Bram

Tidak seorang pun tahu. Tidak Moris, tidak juga Erik. Ia menyimpan rapat-rapat bagian gelap dalam hidupnya hanya untuk dirinya sendiri. Ia anak seorang pecandu yang mati dibunuh pengedar karena tidak sanggup membayar utang. Dirinya bernama Agusta Bram, Inspektur Polisi Satu Sat Reserse Narkotika.

Read More...

(Karakter) Miaa

Miaa

Ibunya adalah orangtua tunggal, wanita yang tidak bersuami. Di lingkungan tempat mereka tinggal, sebuah kampung kecil di daerah Kaliurang di Yogyakarta, ia dan ibunya dituding sebagai lacur. Perempuan-perempuan di kampung itu memalingkan muka saat berpapasan dengan mereka di jalan. Lelaki-lelaki di angkringan memandang mereka seperti kucing kurus mengintai ikan asin. Dan anak-anak seusianya menolak bergaul dengannya.

Read More...

(Karakter) Johan

Johan Al

Pekerjaan kotor bukanlah kegemarannya. Ia lebih suka berada di balik layar, duduk santai di depan macbook, main saham atau currency, sementara orang lain yang membereskan urusannya. Dengan begitu tangannya akan selalu bersih. Dan untuk bisa memegang kendali seperti yang ia dambakan, yang perlu ia lakukan hanyalah menggunakan isi kepalanya dengan baik.

Read More...

(Karakter) Indira

Indira

Di halaman depan rumahnya, ia menanam mawar-mawar lokal yang tumbuh berlomba-lomba mencapai matahari. Ia juga meletakkan satu set bangku dan meja besi yang kerap menjadi temannya bersantai di teras. Pada sore atau pagi hari ia akan duduk-duduk di sana, membaca koran, minum teh dan makan camilan, atau sekadar menikmati kebun bunganya sambil memangku kucing.

Read More...

(Karakter) Ferry

Ferry Saada

Di dunia mafia Eropa, orang seperti Ferry biasa dijuluki Ginnetti, laki-laki flamboyan dengan koneksi tersebar luas. Ferry menjalani gaya hidup tinggi, mengenakan pakaian mahal dan mengendarai mobil mewah; beredar dari satu klub malam ke klub malam lainnya; dikelilingi perempuan-perempuan cantik; dan mengenal banyak orang.

Read More...

(Karakter) Erik

Sebisa mungkin ia melakukan setiap tahapan pemeriksaan sesuai dengan apa yang tertera dalam buku panduan. Penerapan metode yang tidak tepat bisa menyebabkan kegagalan dalam penyelidikan, begitu yang selama ini ia pahami walau pemikiran itu seringkali mengalami kontradiksi setiap ia melihat cara Bram bekerja.

Read More...

(Karakter) Aretha

Aretha

Aretha kerap dijuluki wanita penyihir, mungkin karena penampilan fisiknya masih bisa membuat laki-laki mana pun menjilat bibir kendati ia sudah berumur. Perempuan-perempuan berhati kerdil yang berkerumun di belakangnya menuding dirinya membeli waktu dengan kekayaan agar kecantikannya menjadi abadi. Ia tidak suka mengecewakan mereka tapi ia tidak sedot lemak, pakai botox, atau suntik silikon.

Read More...

(Karakter) Moris

Moris Greand bertubuh besar dan berdagu kotak. Kursi yang laki-laki itu duduki terlihat kecil. Laki-laki itu mencondongkan tubuhnya ke depan sambil mengusap-usap dagu. Sikunya bertumpu ke meja di hadapannya. Tulang matanya dalam seperti mata elang dan dia menatap ke arah Bram penuh selidik.

Read More...

(Karakter) Blur

Nama sebenarnya tidak diketahui. Data mengenai penguasa wilayah 6 ini paling sulit dicari karena Blur jarang memperlihatkan diri. Selama belasan tahun anggota-anggota Sindikat 12 yang lain tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengannya. Sebagian dari mereka, bahkan, tidak pernah berhubungan sama sekali. Bisnis Blur tidak sebagus bisnis Leo Saada tapi kabarnya sosok yang satu ini paling ditakuti.

Read More...

Blogger Templates by Blog Forum